Review Journal Ultrasonic Welding of Polycarbonate-Glass Fiber Laminate and Comparison with Adhesive Bonding
Ultrasonic Welding of
Polycarbonate-Glass Fiber Laminate and Comparison with Adhesive Bonding
1.
Latar Belakang
Penggunaan komposit
termoplastik yang diperkuat serat kaca (glass fiber) dengan matriks
polycarbonate (PC) makin populer di aplikasi struktural dan ringan, karena
kombinasi sifat: ringan, kekuatan cukup baik, dan kemampuan termal/impak
relatif bagus. Namun ketika bagian-bagiannya harus disambung (join), metode
konvensional seperti adhesive bonding (perekat) sering punya kelemahan: waktu
pengerjaan yang lama, ketahanan terhadap suhu atau lingkungan kurang baik, dan
beban antarmuka yang bisa membuat sambungan mudah gagal.
Ultrasonic welding (USW) muncul sebagai alternatif yang menarik: teknik ini memanfaatkan getaran ultrasonik frekuensi tinggi ditambah tekanan untuk menghasilkan sambungan. Keunggulannya adalah proses yang cepat, tidak perlu banyak tambahan bahan perekat, dan sambungan solid-state (tidak meleleh keseluruhan material). Tetapi tantangannya adalah bagaimana memastikan sambungan antara laminat serat kaca-PC cukup kuat, seragam, dan andal, terutama ketika tidak ada energy director (komponen kecil yang membantu memusatkan energi panas/getaran) versus ketika ada.
2.
Keterbaruan
·
Penelitian ini membandingkan dua kondisi: USW
dengan dan tanpa energy director (ED). ED dalam penelitian ini berupa kawat
(wire) polycarbonate yang diletakkan di antarmuka sambungan. Tujuannya untuk
melihat seberapa besar peran ED dalam meningkatkan kekuatan sambungan, terutama
variabilitas antar sampel.
·
Selain itu, penelitian ini juga membandingkan
hasil sambungan USW dengan adhesive bonding, supaya terlihat
kelebihan/kelemahan relatifnya.
· Fokus penelitian pada parameter sambungan seperti tekanan, waktu pengelasan, dan pengaruh kualitas viskoelastis dari polycarbonate pada suhu (bagaimana material merespon getaran dan panas dalam proses).
3.
Metode
·
Material: laminat komposit yang terdiri dari
polycarbonate diperkuat serat kaca kontinu (continuous glass fiber).
· Energy Director: pada beberapa sampel
ditambahkan kawat PC sebagai ED, pada beberapa sampel tidak menggunakan ED.
·
Proses USW: parameter variatif (satu variabel
diubah sambil mempertahankan lainnya tetap) seperti tekanan pengelasan, waktu
pengelasan. Analisis mekanik juga dilakukan (strength test), dan juga dynamic
mechanical analysis untuk karakterisasi viskoelastisitas dan ketergantungan
terhadap suhu.
· Perbandingan: sambungan USW dibandingkan dengan sambungan menggunakan adhesive bonding (perekat) untuk melihat mana yang lebih baik dalam konteks kekuatan rata-rata dan stabilitas antar-sampel.
4.
Hasil
· Sambungan USW tanpa ED tetap bisa dibuat,
artinya material dan proses cukup mendukung agar getaran + tekanan saja sudah
menghasilkan ikatan. Namun kualitas sambungan (kekuatan dan variasi antar
sampel) lebih baik ketika menggunakan ED. ED membantu menghasilkan sambungan
yang lebih konsisten dan kuat.
·
Dengan ED, rata-rata kekuatan sambungan USW
melebihi kekuatan sambungan perekat pada material yang sama; ini menunjukkan
bahwa USW + ED bisa menggantikan metode adhesive bonding dalam beberapa
aplikasi.
· Variasi antar sampel lebih kecil dengan ED:
artinya reproducibility (kemampuan menghasilkan hasil yang serupa antar
percobaan) meningkat ketika ED digunakan.
· Analisis viskoelastik menunjukkan bahwa
viskoelastisitas material (bagaimana PC merespon getaran dan suhu) mempengaruhi
bagaimana panas terbentuk dan bagaimana antarmuka melebur atau mengalir sedikit
ke arah sambungan, yang berdampak pada kekuatan akhir sambungan.
5.
Evaluasi
·
Berdasarkan hasil, penggunaan USW + ED secara
umum lebih baik daripada adhesive bonding dan USW tanpa ED dalam hal kekuatan
rata-rata sambungan dan keandalan antar pengujian. Jadi masalah klasik adhesive
(waktu curing, daya tahan lingkungan, kekuatan antarmuka) relatif bisa
dikurangi.
·
Namun tetap ada tantangan: tanpa ED, sambungan
bisa ada yang lemah atau variabel; dengan ED, meski rata-rata bagus, ada
kebutuhan kontrol parameter yang presisi (tekanan, waktu, posisi ED). Jika
parameter kurang optimal, mungkin sambungan akan kurang kuat atau ada cacat
antarmuka.
· Juga, meskipun USW lebih cepat dan tidak memerlukan bahan perekat, biaya dan kompleksitas parasain ED dan peralatan USW perlu diperhitungkan (apakah ada investasi peralatan, keahlian untuk mengatur parameter).
6.
Inovasi
Beberapa arah yang bisa diambil dari penelitian ini untuk pengembangan
lebih lanjut:
·
Eksperimen dengan berbagai bentuk & ukuran
energy director: bukan hanya kawat, bisa bentuk profil lain (misalnya filamen
tipis, profil geometri khusus) yang mungkin lebih efektif atau lebih mudah
diproduksi.
·
Penelitian tentang ketahanan sambungan dalam
kondisi lingkungan: suhu tinggi/dingin, kelembapan, siklus beban atau getaran,
agar diketahui apakah sambungan USW + ED tetap kuat dalam jangka panjang.
·
Penyesuaian parameter lebih lanjut: selain
tekanan dan waktu, mungkin juga amplitudo getaran, frekuensi ultrasonik, atau
tekanan pemegangan (“blank holding force”) agar sambungan lebih stabil.
· Analisis biaya manfaat (cost-benefit) antara
menggunakan USW + ED vs adhesive bonding atau metode lainnya dalam produksi
massal.
· Menerapkan pada material komposit lain atau
kombinasi komposit-logam; atau dalam bentuk sambungan lain (bukan hanya lap
joint) agar aplikasinya lebih luas.
Pirondi, A., Gulino, M., Moroni, F., & Bercella, M. (2024). Study of
the ultrasonic welding of a polycarbonate-glass fiber laminate and comparison
with adhesive bonding. Proceedings of the Institution of Mechanical
Engineers, Part L: Journal of Materials: Design and Applications, 238(1),
112-132.
Komentar
Posting Komentar